Jumat, 07 November 2014

Kajian Makna Al-Jinās


A.     Pendahuluan
Makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar, sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling dimengerti. Kajian makna kata dalam suatu bahasa tertentu menurut sistem penggolongan semantik adalah cabang linguistik yang bertugas semata-mata untuk meneliti makna kata, sebagaimana asal mulanya, bahkan bagaimana perkembangannya, dan apa sebab-sebabnya terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa. Banyak bidang ilmu lain yang mempunyai sangkut-paut dengan semantik, oleh sebab itu makna memegang peranan tergantung dalam pemakaian bahasa sebagai alat untuk penyampaian pengalaman jiwa, pikiran dan maksud dalam masyarakat. Bidang semantik terbatas pada usaha memperhatikan dan mengkaji proses transposisi makna kata dalam pemakaian bahasa.
Salah satu kajian dalam makna adalah makna gaya bahasa/style (المعنى الإسلوبي), yaitu makna yang lahir karena penggunaan bahasa tersebut. Penggunaan bahasa dapat dilihat dalam bahasa sastra, bahasa resmi, bahasa pergaulan, dan lain sebagainya. Perbedaan penggunaan bahasa menimbulkan gaya yang berbeda dengan makna yang berbeda pula. Ilmu Balaghah juga dikenal dengan ilmu Asālib atau stilistika yang meliputi 3 bidang yaitu: Ilmu al Ma’āni, Ilmu Bayān, dan Ilmu Badi’.[1] Adapun ruang lingkup pembahasan ilmu Badi’ adalah Muhassināt Lafdziyah dan Muhassināt Ma’nawiyah. Dinamakan Muhassināt Lafdziyah apabila keindahan itu muncul dari aspek lafadz, sedangkan Muhassināt Ma’nawiyah karena keindahan itu muncul dari aspek maknanya.
Dalam makalah ini yang menjadi pokok bahasan yang akan dikaji oleh penulis adalah kajian makna dalam gaya bahasa jinās yang merupakan Muhassināt Lafdziyah dalam kajian Ilmu al Badi’.

B.     Gaya Bahasa Jinās
Sebelum dikemukakan pengertian jinās, terlebih dahulu kita mengetahui tentang gaya bahasa yang dikenal juga sebagai Uslūb atau Style. Secara bahasa uslūb berarti jalan, cara, dan madzhab. Menurut Ahmad al Hasyimi  uslūb adalah المعنى الموضوع فى الالفاظ مؤلفة على صورة تكون أقرب لنيل الغرض المقصود من الكلام وأفعل إلى نفوس سامعيه . [2] Menurut H. Mardjoko Idris, MA. uslūb adalah cara atau gaya bahasa yang dipakai oleh seseorang dalam menuangkan pokok-pokok pikiran dan perasaanya melalui untaian kata, dan ditujukan kepada para pembaca dan pendengarnya.[3] Ali al-Jarim dan Musthafa Usman menyebutkan bahwa uslūb adalah makna yang terkandung pada kata-kata yang terangkai sedemikian rupa sehingga lebih cepat mencapai sasaran kalimat yang dikehendaki dan lebih menyentuh jiwa para pendengarnya.[4] Dari berbagai definisi tersebut diatas bahwa uslūb adalah cara berbicara yang digunakan oleh pembicara dalam menyusun pembicaraannya dan memilih kosakatanya  dengan suatu maksud tertentu.

1.      Pengertian Jinās
Jinās diambil dari kata jā-na-sa, yu-jā-ni-su, ji-nā-san, mu-ta-jā-ni-sa-tan. Secara etomologi berarti menyerupai dan menyatu bersamanya dalam satu bentuk. [5] Kata jinās merupakan suatu kata yang sebagai deviasi dari kata jins. Secara leksikal kata tersebut bermakna bagian dari sesuatu. Kata jins lebih umum dari nau’. Dalam kaidah ilmu balaghah jinās bermakna kemiripan pengungkapan dua lafadz yang berbeda artinya. Atau suatu kata dengan kata lain, suatu kata yang digunakan pada tempat yang berbeda dan mempunyai makna yang berbeda.[6] Menurut Ali Al-Jarimi dalam bukunya menyebutkan jinās adalah ان يتشابه اللفظان في النطق ويختلفا في المعنى  (kemiripan pengungkapan dua lafadz yang berbeda artinya).[7]
Gaya bahasa Jinās banyak ditemukan dalam ayat-ayat al-Qur’an, Hadits atau di dalam kalam Arab, antara lain:
ويوم تقوم الساعة يقسم المجرمون مالبثوا غيرساعة
Dan pada hari terjadinya hari qiyamat itu, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tinggal di dunia ini hanyalah sesaat saja[8]
Dalam ayat tersebut terdapat terdapat dua kata yang sama yaitu الساعة, meski demikian dua kata yang sama tersebut memiliki arti yang berbeda; pertama, yang dimaksud adalah hari akhir (qiyamat), kedua, yang dimaksud adalah “jam zamaniyah” yang berarti sesaat saja.
Contoh lain adalah seperti perkataan al-Busti seperti yang dikutip H. Marjoko Idris, MA[9]
فهمت كتابك يا سيدى # فهمت فلا عجب أن أهيم
 “Aku telah memahami surat anda, wahai tuanku, maka aku merasa senang. Dan tidaklah mengherankan kalau aku merasa senang”
Dalam puisi tersebut terdapat dua kata (فهمت) yang sama dalam pengucapan, syakal, jumlah huruf, dan urutannya. Meskipun demikian, lafadz yang pertama memiliki arti “aku memahami”, dan lafadz yang kedua memiliki arti “aku marasa senang”. Perlu ditekankan lagi di sini, bahwa Jinās adalah dua kata yang sama dalam pengucapan dan memiliki perbedaan arti. Jika saja terdapat dua kata yang sama dan artinya juga sama, maka hal tersebut bukan dinamakan dengan Jinās.

2.      Macam-Macam Jinās
Jinās terdiri dari 2 macam yaitu:
a.      Jinās Tām
Menurut Ahmad Hasyimi Jinās Tām adalah ما اتفق فيه اللفظان فى أربعة أشياء, نوع الحروف, وعددها, وهيئتها, وترتيبها مع اختلاف المعنى. [10] Ali jarim memberikan definisi Jinās Tam adalah ما اتفق فيه اللفظان فى أمور أربعة هي نوع حروفها وشكلها وعددها وترتيبها. Sebagai contoh jinās tam ini adalah ratapan yang disampaikan oleh seorang penyair ketika meratapi putranya bernama yahya:[11]
وَسَمَيْثُهُ يحْيَ لِيَحْيَا فَلَمْ يَكُنْ   إِلَى رَدِّ أَمْرِ الله فِيْهِ سَبيْلُ
“Dan aku memberinya nama Yahya agar ia senantiasa hidup terus (sampai tuanya), namun tidak ada jalan  bagiku untuk menolak ketentuan Allah tentang dirinya (kematiannya)
Pada contoh diatas terdapat kata “yahyāyang diulang dua kali, sedangkan maknanya yang pertama adalah sebuah nama seorang anak kecil yaitu Yahya, sedangkan kata “yahyāyang kedua bermakna “hidup”. Kedua lafadz tersebut mempunyai kesamaan dalam empat hal tersebut diatas. Oleh karenanya dinamakan jinās tām
Ø  Isim dengan Isim
Seperti perkataan Al Maarry:
لم نلق غيرك إنسانا يلاذ به # فلا برحت لعين الدهر إنسانا
Kami tidak menjumpai seorang manusiapun selain engkau yang dapat dijadikan tempat berlindung. Engkau selalu menjadi hiasan bagi mata zaman”[12]
Kedua lafadz yang sama dalam pelafalan adalah kata insan. Lafad  إنسانا  yang pertama adalah isim, dan  إنسانا  yang kedua juga dari isim. Yang pertama berarti manusia, dan yang kedua berarti hiasan.

Ø  Fi’il dengan Fi’il
Seperti dalam Hadits Nabi SAW berikut ini:[13]
مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْشِ، مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ (رواه مسلم)
 “Orang yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, pasti allah menerima taubatnya”
Kedua lafadz yang sama dalam pelafalan adalah kata تَابَ. Lafadz  تَابَ  yang pertama adalah fi’il, dan تَاب yang kedua juga dari fi’il. Yang pertama berarti bertaubat, dan yang kedua menerima taubat.

Ø  Isim dengan Fi’il
Seperti dalam firman Allah dalam Alquran sebagai berikut:[14]
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى . مَاضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى . وَماَ يَنْطِقُ عَنِ الهَوَى

Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu Al-Qur’an menurut kemauan hawa nafsunya.
Kedua lafad yang sama dalam pelafalan adalah kata هَوَى. Lafad  هَوَى  yang pertama adalah fi’il, dan الهَوَى yang kedua adalah isim. Yang pertama berarti terbenam, dan yang kedua berarti hawa nafsu.

Ø  Isim dengan Huruf
Seperti dalam firman Allah sebagai berikut:[15]
وَالتَّبِعُوْا مَا تَتْلُوْا الشَّيَاطِيْنُ عَلىَ مُلْكِ سُلَيْماَنَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ.......الأيـة 
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan sulaiman  [dan mereka mengatakan bahwa sulaiman itu mengerjakan sihir]..........”
Kedua lafadz yang sama dalam pelafalan adalah kata مَا. Lafadz مَا  yang pertama adalah isim, dan مَا yang kedua adalah huruf.
Ø  Huruf dengan Huruf
ما منهم من قائم
“ Tidak ada seorang pun dari kaum itu yang berdiri”

b.      Jinās Ghoiru Tām[16]
Jinās Ghoiru Tām adalah ما اختلاف في واحد من الامور الاربعة المتقدمة. Perbedaan itu mungkin terjadi pada macamnya huruf, syakal, jumlah atau mungkin pada tartibnya. Contoh : Seperti firman Allah dalam Al Quran:
فأما اليتيم فلا تقهر وأما السائل فلا تنهر
Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang, dan terhadap orang yang meminta-minta maka janganlah kamu menghardiknya”[17]
Dua lafadz yang serupa dalam pelafalan adalah kata تقهر /taqhar dan تنهر /tanhar, kata kerja yang pertama menggunakan huruf ق /qaf dan yang kedua menggunakan huruf ن /nun. Kata kerja taqhar berarti berlaku sewenang-wenang, sedang kata kerja tanhar berarti menghardik.

Ø  Berbeda pada hurufnya
Seperti firman Allah dalam QS. Adh-Dhuha ayat 9-10 berikut ini:
فأما اليتيم فلا تقهر وأما السائل فلا تنهر
Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang, dan terhadap orang yang meminta-minta maka janganlah kamu menghardiknya”
Dua lafadz yang serupa dalam pelafalan adalah kata تقهر /taqhar dan تنهر /tanhar, kata kerja yang pertama menggunakan huruf ق /qaf dan yang kedua menggunakan huruf ن /nun. Kata kerja taqhar berarti berlaku sewenang-wenang, sedang kata kerja tanhar berarti menghardik.

Ø  Berbeda pada syakalnya
Seperti puisi ibnu al Farid berikut ini:[18]
هلا نهاك نهاك عن لوم امرئ # لم يلف غير منعم بشقاء
“Hendaklah akalmu itu dapat mencegahmu dari mencela seseorang, ingatlah tidak pernah dijumpai seorang manusiapun yang tidak pernah ditempa kemelaratan”
Sekilas apabila puisi di atas dilihat, maka ada dua kata yang mengandung keserupaan yaitu نهاك, namun keduanya dibedakan oleh syakalnya, kata yang pertama dibaca نهاك /nahāka dan yang kedua  نهاك /nuhāka. Kata kerja yang pertama menggunakan syakal fathah (na) dan yang kedua menggunakan syakal wawu (nu). Kata nahāka bermakna mencegahmu, sedangkan kata nuhāka berarti akalmu. 
    
Ø  Berbeda pada jumlah hurufnya
Seperti firman Allah dalam Alquran, sebagai berikut:
والتفت الساق بالساق إلى ربك يومئذ المساق
“Dan bertaut betis kanan dengan betis kiri, kepada tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau”[19]
Dua kata yang serupa dalam pelafalan adalah kata الساق /al-sāq dan المساق /al-masāq, keduanya dibedakan oleh jumlah hurufnya. Kata pertama terdiri dari tiga huruf, sedangkan kata yang kedua terdiri dari empat huruf, dengan perbedaan satu huruf (mim) pada awak katanya. Kata الساق  berarti betis, sedangkan kata المساق  berarti dihalau.
Ø  Berbeda pada susunannya
Seperti perkataan penyair al-Ahnaf berikut ini:[20]
حسامك فيه للأحباب فتح # ورمحك فيه للأعداء حتف
“Pada pedangmu itu terletak kemenangan bagi saudara-saudaramu, dan pada tombakmu itu terletak kematian bagi musuh-musuh”
Dua kata yang serupa dalam pelafalan adalah kata فتح /fathun dan حتف/hatfun. Keduanya dibedakan oleh susunan atau letak hurufnya. Kata yang pertama tersusun dari huruf (fa-ta-ha) sedangkan yang kedua tersusun dari (ha-ta-fa). Kata fathun berarti kemenangan, sedangkan kata hatfun berarti kematian.

3.      Pembagian Jinās
Berdasarkan pola variasi Jinās yang terdapat dalam Jinās Tām dan Jinās Ghairu Tām, maka Jinās dapat dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
1.       Jinās mumātsil (جناس المماثل)
Adalah gaya bahasa jinās yang kedua kata serupa tersebut terbentuk dari jenis yang sama, seperti isim dengan isim atau fi’il dengan fi’il. Contoh
Ø  Isim dengan Isim
Seperti perkataan al-Maarri:[21]
لم نلق غيرك إنسانا يلاذ به # فلا برحت لعين الدهر إنسانا
Kami tidak menjumpai seorang manusiapun selain engkau yang dapat dijadikan tempat berlindung. Engkau selalu menjadi hiasan bagi mata zaman”
Kedua lafadz yang sama dalam pelafalan adalah kata insan. Lafad  إنسانا  yang pertama adalah isim, dan  إنسانا  yang kedua juga dari isim. Yang pertama berarti manusia, dan yang kedua berarti hiasan.

Ø  Fi’il dengan Fi’il
Seperti dalam Hadits Nabi SAW berikut ini:[22]
مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْشِ، مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ (رواه مسلم)
“Orang yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, pasti allah menerima taubatnya”
Kedua lafadz yang sama dalam pelafalan adalah kata تَابَ. Lafadz  تَابَ  yang pertama adalah fi’il, dan تَاب yang kedua juga dari fi’il. Yang pertama berarti bertaubat, dan yang kedua menerima taubat.

2.        Al-jinās mustaufi (الجناس المستوفي)
Mahmud Allan memberikan definisi adalah apabila kedua lafad yang sejenis tersebut dari macam yang berbeda, seperti yang satu dari isim dan yang lainnya dari fi’il, atau yang satu dari isim dan yang lainnya dari huruf, atau yang satu dari fi’il dan yang lainnya dari hurf.[23] Seperti contoh berikut ini:
-          isim dengan fi’il
seorang penyair ketika meratapi putranya bernama Yahya:
 وسميته يحي ليحيا فلم يكن # إلى رد أمر الله فيه سبيل
Dan aku memberinya nama Yahya agar ia senantiasa hidup terus (sampai tuanya), namun tidak ada jalan  bagiku untuk menolak ketentuan Allah tentang dirinya (kematiannya)
Lafad يحي /yahyā adalah isim atau kata benda dan berarti Yahyā (nama orang), sedangkan lafad kedua يحيا /yahyā adalah fi’il atau kata kerja yang berarti hidup.
3.       Jinās isytiqāq (جناس اشتقاق)
Adalah apabila dua lafad yang serupa tersebut dari asal kata yang sama. Menurut Majdi Wahbah) أن يجمع اللفظين المتجانسين إشتقاق واحد mengumpulkan dua lafadz yang serupa dalam pelafalan, dan keduanya berasal dari asal yang satu(.[24]
Contoh jenis jinās ini adalah lafad أقم /aqim dengan lafadالقيم /al-qayyim dalam firman Allah Q.S Al-Rum; 43 yang berbunyi:
 فأقم وجهك للدين القيم من قبل أن يأتى يوم لا مردله من الله يومئذ يصدعون
“Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus [islam], sebelum dating dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya, pada hari itu mereka terpisah”
Lafad أقم  dan القيم  keduanya berasal dari kata yang sama, yaitu قام. sedangkan artinya berbeda; yang pertama berarti hadapkanlah, dan yang kedua berarti lurus.

4.        Jinās al-musyābbah bi al-isytiqāq (جناس المشابهه بالاشتقاق)[25]
Yaitu gaya bahasa jinās yang kedua lafadz yang serupa dari kata awal yang menyerupai isytiqāq.
Contoh dalam Q.S al-Syuara; 168:
قَالَ إنى لعملكم من القالين
 “Luth berkata: “sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu”
Lafadz قال  dan قالين  adalah lafadz yang hampir serupa, namun keduanya terbentuk dari lafad yang berbeda, seakan menyerupai isytiqāq. Lafad pertamaقال  terbentuk dari kata قول  dan berarti (perkataan), sedangkan lafadقالين   dari kata قلو  dan berarti (benci).
5.        Jinās al-mutasyābih (جناس المتشابه)[26]
Adalah jinās yang apabila dua lafadnya memiliki kesamaan dalam bentuk tulisan, namun dibedakan oleh bentuk strukturnya. Pertama dari satu kata, dan yang lainnya tersusun dari dua kata.
Contoh puisi busti berikut ini:
 إذا ملك لم يكن له ذا هبة # فدعه فدولته ذاهبة
 ”Apabila seorang raja tidak memiliki jiwa bermurah hati, tinggalkan dia, dan kekuasannya segera sirna”
Dua lafadz yang serupa adalah lafadz ذاهبة , kata yang pertama berarti dermawan, dan yang kedua berarti hancur. Kedua kata tersebut bila dilihat dari asal kata, adalah sebagai berikut;ذاهبة  (dermawan) berasal dari dua kata, yaituذا  (mempunyai) danهبة  (pemberian). Sedangkan yang kedua berasal dari satu kata, yaitu ذاهبة  isim fa’il dari kataذهب  (pergi). Dengan kata lain, yang pertama itu susunannya idhafāh, dan yang kedua mufrad.

6.        Al-jinās al-murakkab (الجناس المركب)
Yaitu jinās yang salah satu dari dua lafadz yang serupa tersusun dari dua lafadz (murakkab). kedua lafadnya memiliki kesamaan dalam empat hal (huruf-syakal-jumlah-urutan), namun dibedakan oleh asal bentuk tulisan yang ada. Mahmud Allan menamakan jinās murakab ini dengan jinās tarkib.[27]
Contoh puisi busti berikut ini:
 إذا ملك لم يكن له ذا هبة # فدعه فدولته ذاهبة
Apabila seorang raja tidak memiliki jiwa bermurah hati, tinggalkan dia, dan kekuasannya segera sirna
Perhatikan kata yang pertama ذاهبة  (terpisah antara kata yang satu dengan yang lainnya) dan ذاهبة  (bersambung), karena memang satu kata. Kedua lafad tersebut kendati berbeda dalam penulisannya, namun dari sisi bacaannya sama.

7.       Al-jinās al-mudhāri’ (الجناس المضارع)[28]
Yaitu gaya bahasa yang kedua lafadnya hampir serupa dalam pelafalan, namun dibedakan oleh hanya satu huruf, huruf yang berlainan tersebut berdekatan makhraj-nya. Contoh firman Allah Q.S al-An’am; 26:
وهم ينهون عنه وينأون عنه
 Dan mereka melarang orang lain mendengarkan al-Qur’an, dan mereka sendiri menjauhkan darinya”.
Lafad yang serupa dalam pelafalan adalah ينهون  dan ينأون  keduanya dibedakan oleh huruf (ه) dengan (ء). Huruf yang berbeda tersebut berdekatan makhraj. Lafad ينهون  berarti mereka melarang, sedangkan lafadz ينأون  berarti menjauhkan diri. Sekiranya perbedaan itu lebih dari satu huruf, maka bukan termasuk dalam gaya bahasa jinās. Ahmad handawi mengatakan jika perbedaan itu terjadi lebih dari satu huruf, maka kalimat tersebut bukan dinamakan gaya bahasa jinās, ini mengingat telah jauhnya kesamaan antara kedua lafadnya.

8.       Al-jinās al-lāhiq (الجناس اللاحق)
Jinās lāhiq adalah dua lafadz yang perbedaannya terdapat pada satu huruf, namun berjauhan (tidak dalam satu makhorijul huruf), baik pada awal, pertengahan maupun akhir kalimat. Contoh surat Ad-Dhuha: 9-10
فَأَمَّاالْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ# وَأَمَّاالسَّآئِلَ فَلَا تَنْهَرْ
“Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardiknya.”

9.       Al-jinās al-nāqis (الجناس الناقص)[29]
Adalah gaya bahasa yang kedua lafadnya serupa dalam pengucapan dan dibedakan oleh jumlah hurufnya. Dinamakan jinās nāqish ini lebih disebabkan karena lafad yang satu kurang dari lafad yang lainnya. Perbedaan tersebut mungkin terjadi pada permulaan kalimat, tengah, maupun di akhir kalimat. Ahmad Hasyimi memberikan definisi sebagai berikut ما اختلف فيه اللفظان في عدد الحروف واختلافهما يكون إما بزيادة حرف فى الأول نحو دوام الحال من المحال.
Ø  Tambahan di awal kata,
Seperti dalam firman Allah Swt dalam Q.S al-Qiyamah; 29:
والتفت الساق بالساق إلى ربك يومئذ المساق
Dan bertaut betis kiri dengan kanan, kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau”
Kata yang berdekatan dalam pelafalan adalah الساق  dan المساق. lafad الساق  berarti betis, sedangkan lafadz المساق berarti dihalau.
Ø  Tambahan di tengah kata
Seperti lafadz جدى/ jaddy dengan lafadz جهدى/ jahdy dalam ungkapan yang berbunyi جدى . جهدى Lafadz جدى  berarti حظى sedang جهدى berarti قدر ما بذلت من الجهد
Ø  Tambahan di akhir kata
Seperti lafadz عواص  dengan lafadz عواصم , juga pada lafadz  قواض dengan lafadz قواضب dalam syair Abu Tamam berikut ini:[30]
يمدون من أيد عواص عواصم * يصول بأسياف قواض قواضب
Mereka berdiri dengan tongkat yang kuat, sedang anda melompat dengan pedang terhunus lagi tajam” 
Kata yang berdekatan dalam pelafalannya adalah عواص dan عواصم , juga pada kata قواض dan قواضب . Lafadz قواض  berarti pedang sedang lafadz قواضب  berarti tajam.
10.   Al-jinās al-muharraf (الجناس المحرف)
Ahmad Hindawi memberikan definisi jinās macam ini apabila terdapat dua lafad yang sejenis mempunyai kesamaan dalam jumlah huruf, macamnya, serta urutan hurufnya dan berbeda pada harakatnya: harakat maupun sukun-nya.[31] Mahmud ‘Allan memberi nama jinās ini dengan menyebutnya sebagai jinās al-takhrif, al-mukhtalif, al-mukharrif dan juga al-mughayyir. Seperti dalam puisi shalahuddin al-shafadi berikut ini:[32]
الجد بالجد والحرمان بالكسل # فانصب تصب عن قريب غاية الأمل
“Keberuntungan itu terletak pada kesungguhan, dan kemelaratan itu terletak pada kemalasan. Berjibakulah, engkau akan mendapatkan cita-citamu segera”
Kata yang berdekatan pengucapannya adalah الجد  (al-jaddu) dan الجد  (al-jiddi), yang pertama berarti keberuntungan, dan yang kedua berarti kesungguhan. Kedua lafad tersebut dibedakan oleh harakat huruf (ج ) yang pertama berharakat fathah, sedangkan yang kedua berharakat kasrah.

11.   Jinās al-qalbu (جناس القلب)[33]
Adalah kedua lafadz yang serupa dalam pengucapannya dibedakan oleh letak susunan huruf yang ada. Nama lain dari jinās ini adalah jinās al-‘aksu.
Contoh firman Allah dalam Q.S al-Mudatstsir; 3:
وربك فكبر
“Dan Tuhanmu agungkanlah”
Dua lafadz ربك /rabbuka dengan lafadz  كبر /kabbir tersebut mempunyai kesamaan dalam macam hurufnya, namun dibedakan oleh letak hurufnya. Lafad rabbuka tersusun dari ra-b-bu-ka, sedangkan lafad kabbir tersusun dari ka-b-bi-r. lafad yang pertama berarti (Tuhanmu), sedang lafadz yang kedua berarti (agungkanlah).

12.   Jinās al-mudhāf (جناس المضاف)[34]
Adalah jinās yang kedua lafadz yang serupa diidhafahkan pada kata yang berlainan. Seperti dalam ungkapan berikut ini:
أيا شبان اليوم: أكرموا رجال اليوم لأنهم ورثوا المجد والعز
 “Wahai para pemuda hari ini: “muliakanlah tokoh-tokoh hari ini, lantara mereka mewariskan kemuliaan dan keagungan”
Dua kata yang diidhafahkan adalah kata اليوم , yang satu berbunyiشبان اليوم  dan berarti pemuda hari ini, lafad yang keduaرجال اليوم  dan berarti tokoh-tokoh hari ini.
13.   Jinās al-muzdawij (جناس المزدوج)
Adalah jinās kedua kata yang serupa dalam pelafalannya, datang secara berurutan. Seperti dalam ungkapan من طلب وجد وجد  (barang siapa mencari, dan bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan apa yang diiginkan). Kata yang sama dalam pelafalan adalah kata وجد /wajadda dan وجد /wajada, yang pertama berarti (dan bersungguh-sungguh), yang lainnya berarti (dapat). Kedua lafadz yang serupa dalam pelafalan tersebut datang secara berurutan.

14.   Jinās al-tashif (جناس التصحيف)
Adalah gaya bahasa jinās yang kedua lafadnya sama dalam hurufnya, namun dibedakan oleh letak titiknya.[35]
Seperti firman Allah dalam Q.S al-Kahfi; 104:
الذين ضل سعيهم في الحياة الدنيا وهم يحسبون أنهم يحسنون صنعا
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”
Lafad pertama يحسبون  dibaca yahsabunna, sedangkan lafad yang keduaيحسنون  dibaca yuhsinuna. Kedua lafad tersebut, mempunyai kesamaan dalam macam hurufnya, dan hanya dibedakan oleh satu huruf, yaitu huruf (al-bau) mempunyai titik di bawah, dan (al-nun) mempunyai titik di atas. Lafad يحسبون  berarti mereka mengira, sedangkan lafadيحسنون mempunyai arti berbuat dengan sebaik-baiknya.

15.   Jināsāt tsulātsiyah (جناسات ثلاثية)[36]
Adalah gaya bahasa yang didalamnya terdapat tiga lafad yang sama atau hampir sama dalam pelafalan, namun berbeda maknanya. Seperti dalam puisi al-Tsa’alibi berikut ini:
وإذا البلابل أفصحت بلغاتها # فانف البلابل باحتساء بلابل
Lafad البلابل  yang pertama berbentuk jama’ (plural) dari kata بلبل  yang berarti الطائر المعروف , lafad البلابل  yang kedua bentuk jama’ (plural) dari kata بلبال  yang berarti الهم , sedangkan lafad البلابل  yang ketiga bentuk jama’ (plural) dari kata بلبل  yang berarti قناة الإبريق الذي يصب منها الخمر .
16.   Jinās tsunāiyah antara kalimat-kalimat tsalātsa (جناسات ثنائية بين كلمات ثلاث)
Yang dimaksud dengan jinās ini adalah adanya tiga lafadz, lafadz yang pertama sama atau hampir sama dalam pelafalan dengan lafadz yang kedua, dan lafadz yang yang kedua sama dengan lafad yang ketiga, namun berbeda artinya. Istilah yang digunkan oleh Ahmad Hindawi ketika menjelaskan jinās ini adalah ما ذكره بين كلمات ثلاث والوسطى فيها متجانسة مع التى قبلها والتى بعدها  dan bukan lafad yang pertama dan ketiga.[37] Ini untuk menghindari adanya perbedaan huruf lebih dari satu.
Contoh jinās ini seperti lafad المصلحة-المفرحة-المفلحة  dalam ungkapan yang berbunyi ما المفرحة والمفلحة إلا حيث السداد والمصلحة . lafad yang pertamaالمفلحة memiliki kesamaan dalam pelafalan dengan kedua المفرحة , dan lafad kedua المفرحة  mempunyai kesamaan dalam pelafalan dengan lafad yang ketiga المصلحة . Antara lafad المفلحة  dan lafad المفرحة  adalah gaya bahasa jinās, karena hanya dibedakan oleh salah satu rukun dari rukun-rukun yang empat, yaitu perbedaan huruf  pada tengah kalimat. Antara lafad المفلحة  dan lafad المصلحة  adalah gaya bahasa jinās , karena hanya dibedakan oleh satu rukun dari rukun-rukun yang empat, yaitu perbedaan huruf pada tengah kalimat. Sedangkan antara lafad kesatuالمفرحة  dan lafad ketigaالمصلحة  tidaklah dinamakan jinās, dikarenakan huruf yang berbeda lebih dari satu.

C.     Kesimpulan
Kajian jinās termasuk dalam kajian ilmu Badi’ (muhassinat al-lafdziyah) yang terdapat dalam Ilmu Balaghah. Jinās merupakan gaya bahasa yang terdiri dari dua kata yang bisa dikatakan hampir serupa dalam pelafalan dan berbeda maknanya. Jinās dalam kajian linguistik umum sama dengan homonimi. Adapun macam jinās adalah Jinās Tām dan Ghoiru Tām. Berdasarkan pola variasi Jinās yang terdapat, maka Jinās dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Dari berbagai keindahan lafadz dalam gaya bahasa jinās tersebut mempengaruhi terhadap makna yang terkandung didalamnya.







Daftar Pustaka

Al Jarim, Ali dan Musthafa Amin. 1951. Al-Balaghah al-Wadhihah. Mesir: Dar al-Ma’arif
Handawi Hilal, Ahmad. 2002. Al-Jinas Fi Asas al-Balaghah Li Zamakhsyari: Dirasah Balaghiyah Tahliliyah. Al Qahirah: Maktabah Wahbah
Hasyimi, Ahmad. 2009. Jawahir al Balaghah fi al Ma’ani wa al Bayan wa al Badi’. Libanon: Dar Al Kutub Al Ilmiyah
Idris, Mardjoko. 2007. Ilmu Balaghah Kajian Khusus Uslub Jinas dan Iqtibas. Yogyakarta: Teras
Mahmud Allan, Ibrahim. 2002. Al badi’ fi alqur’an. Al-imarat al Arabiyyah al Muttahidah: Dairah ats Tsaqafah wa al I’lam
Wahbah, Majdi dan Kamil Muhandis. 1984. Mu’jam al Musthalahat al Arabiyah fi al Lughati wa al ‘Alam. Beirut: Maktabah Lubnan
Zaenuddin, Mamat dan Yayan Nurbayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung: Refika Adimata




[1] Marjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus Uslub Jinās dan Iqtibas, (Yogyakarta: Teras, 2007) hlm. 4
[2] Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah fi al Ma’ani wa al Bayan wa al Badi’, (Mesir: al Maktabah at Tijariyah al Kubra, 1960). hlm. 44
[3] Marjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus…, hlm. 7
[4] Ali al-Jarim dan Musthafa Amin Al-Balaghah al-Wadhihah, (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1951), hlm. 12
[5] Ahmad Handawi Hilal, al-Jinās Fi Asas al-Balaghah Li Zamakhsyari: Dirasah Balaghiyah Tahliliyah, (Al Qahirah: Maktabah Wahbah, 2002) hlm. 12.
[6] Mamat Zaenuddin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung : Refika Adimata, 2007), hlm. 150
[7] Ali al-Jarim dan Musthafa Amin Al-Balaghah …hlm. 379
[8] QS, Arrum 55
[9] Marjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus…,hlm. 8
[10] Ahmad Hasyimi, Jawahir al Balaghah fi al Ma’ani ... hlm. 244
[11] Marjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus…,hlm. 10
[12] Marjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus, hlm 13
[14] QS: An-Najm:1-3
[15] Q.S. Al-Baqoroh: 102
[16] Ibid, hlm. 11
[17] Q.S. Adh-Dhuha ayat 9-10
[18] Marjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus, hlm. 11
[19] Q.S al-Qiyamah: 29
[20] Ali al-Jarim dan Musthafa Amin Al-Balaghah …hlm. 398
[21] Marjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus, hlm. 13
[23] Ibrahim Mahmud Allan, Al badi’ fi alqur’an, (Al-imarat al Arabiyyah al Muttahidah: Dairah ats Tsaqafah wa al I’lam, 2002) hlm. 112
[24] Majdi Wahbah dan Kamil Muhandis, Mu’jam al Musthalahat al Arabiyah fi al Lughati wa al ‘Alam, (Beirut: maktabah Lubnan, 1984) hlm 139
[25] Marjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus…, hlm. 25
[26] Ibid, hlm. 26
[27] Ibrahim Mahmud Allan, Al badi’ fi alqur’an... hlm 113
[28] Ahmad Handawi Hilal, al-Jinās Fi Asas al-Balaghah....hlm. 74
[29] Ahmad Hasyimi, Jawahir al Balaghah fi al Ma’ani ... hlm. 244
[30] Marjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus…, hlm  38
[31] Ahmad Handawi Hilal, al-Jinās Fi Asas al-Balaghah....hlm. 38
[32] Marjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus…,  hlm 40
[33] Ibid…,  hlm 46
[34] Ibid , hlm. 51
[35] Ibid. hlm 52
[36] Ahmad Handawi Hilal, al-Jinās Fi Asas al-Balaghah....hlm. 124-125
[37] Ibid, hlm. 26