Jumat, 07 November 2014

Strategi Pembelajaran Qowaid (Tata Bahasa)




A.    Pendahuluan
Strategi adalah salah satu diskursus yang sering kali disorot dalam sistem pembelajaran bahasa. Sukses atau tidaknya suatu program pengajaran bahasa senantiasa dinilai dari strategi pengajaran yang digunakan, karena strategilah yang menentukan tercapainya isi dan cara mengajar bahasa. Kursus-kursus bahasa yang tumbuh bak jamur dimusim hujan dengan mempromosikan usahanya dan menonjolkan “strategi yang mutakhir” merupakan satu bukti akan pentingnya strategi dalam suatu pengajaran.[1]
Metodologi pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing mengalami perkembangan terus menerus seiring dengan perkembangan yang terjadi pada disiplin ilmu bahasa linguistik dan ilmu pendidikan. Ada tiga unsur bahasa yang diketahui  dan diperhatikan dalam mempelajari bahasa yaitu al ashwat, al mufrodat, dan al tarakib. Salah satu unsur yang penting dalam pembelajaran bahasa Arab adalah tarakib, tarakib ini terdiri dari qowaid al nahwi dan qowaid al sharfi. Tarakib menjadi kebutuhan pokok ketika belajar bahasa Arab. Seseorang tidak mungkin membaca teks arab dan membuat suatu kalimat tanpa memahami kaidah bahasa tersebut.[2]
Dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Seorang pengajar harus mempunyai strategi pembelajaran yang baik untuk sampai pada tujuan yang diinginkan, namun pada kenyataannya para pengajar kurang memahami strategi pembelajarannya khususnya qowaid, sehingga banyak dari siswa kurang menguasai tarakib tersebut. Maka dengan adanya asumsi tersebut makalah ini akan membahas tentang tarakib atau qowaid meliputi definisi qowaid, problem pembelajaran qowaid, tujuan pembelajaran qowaid,  model pembelajaran qowaid, dan strategi pembelajaran qowaid.

B.     Pembahasan
1.      Pengertian Pembelajaran Qowaid
Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki oleh siswa.[3]. Usman mengemukakan bahwa  pembelajaran atau pengajaran adalah tehnik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.[4] Mulyasa berpendapat bahwa Pelaksanaan pembelajaran merupakan langkah merealisasikan konsep pembelajaran dalam bentuk pembuatan. Dalam pendidikan berdasarkan kompetensi pelaksanaan pembelajaran suatu rangkaian pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan, yang meliputi tahap persiapan, penyajian, aplikasi dan penilaian.
Sedangkan qowaid merupakan jama dari kata qaidah yang berarti aturan, undang-undang.[5] Qowaid adalah aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang terdapat dalam menyusun kalimat bahasa Arab, di mana cabang dari ilmu qowaid ini sangat banyak diantaranya adalah ilmu nahwu dan sharaf. Nahwu adalah ilmu tentang pokok-pokok yang dengannya dapat diketahui hal-ihwal, kata-kata bahasa arab dari segi i’rob dan bina’nya, yaitu dari sisi yang dihadapinya dalam keadaan kata-kata itu disusun. Didalamnya diketahui apa yang wajib terjadi dari harakat akhir dari suatu kata, dari rofa’, nasab, jar, atau jazem, atau tetap saja pada suatu keadaan setelah kata tersebut tersusun didalam suatu kalimat[6].
Qowaid merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir setelah adanya bahasa itu, dan telah digunakan oleh penggunanya. Kaidah-kaidah ini lahir karena adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh karena itu, qowaid dipelajari agar pemakai bahasa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab dengan baik dan benar. Jadi dalam pembelajarannya, siswa tidak cukup dengan menghafal kaidah-kaidah nahwu saja, melainkan setelah menghafal siswa harus menerapkan kaidah itu didalam latihan membaca dan menulis teks berbahasa arab.
Adapun sharf  membicarakan perubahan bentuk suatu kata kerja dari bentuk masa lalu (past), masa sekarang dan masa yang akan datang (present), bentuk perintah, perubahan bentuk kata kerja ke kata benda turunan, dan juga perubahan bentuk kata kerja sesuai pelaku dari perbuatan tersebut.[7] Sebagian ahli menyatakan bahwa ilmu shorof adalah tashrif. Izzy menggunakan istilah tashrif dengan pembagian menjadi dua yaitu tashrif menurut bahasa (lughat) berarti perubahan, dan tashrif menurut istilah. Yang dimaksud ilmu shorf yaitu ilmu yang membahas tentang perubahan asal (pokok) kata menjadi beberapa bentuk kata yang berbeda-beda yang memiliki arti yang berbeda-beda pula. Menurut Farid Wahidy, ilmu shorof yaitu ilmu tentang kaidah yang digunakan untuk mengetahui bentuk-bentuk kata dan perubahannya tetapi tidak termasuk bina dan irab.[8]  
Telah menjadi kesepakatan bahwa penguasaan kaidah-kaidah nahwu dan shorof bukan merupakan tujuan pembelajaran bahasa, melainkan hanya merupakan sarana untuk membantu para siswa agar mampu berbicara, membaca, serta menulis dengan benar, dan sebenarnya masih ada lagi sarana lain yang juga membantu siswa, diantaranya adalah lingkungan bahasa yang baik, pembiasaan berbicara, menulis, dll.[9]
Dengan demikian, pembelajaran qowaid adalah proses interaksi peserta didik dengan lingkungannya dalam hal ini materi qowaid sehingga terjadi perubahan perilaku peserta didik di mana mereka dapat memahami, mengerti dan menguasai qowaid dan diharapkan mereka mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab yang baik dan benar secara lisan maupun tulisan. Tanpa qowaid yang baik, seseorang akan banyak mengalami kesalahan dalam menggunakan bahasa Arab baik pasif maupun aktif.

2.      Tujuan Pembelajaran Qowaid
Dalam pembelajaran Qowaid terdapat beberapa tujuan, baik umum maupun khusus. Menurut Hasan Syahatah diantara tujuan umum pembelajaran Qowaid adalah sebagai berikut:[10]
a.       Untuk memperbaiki uslub-uslub dari kesalahan-kesalahan secara nahwiyah.
b.      Melatih murid berfikir dan menemukan perbedaan struktur kata, ungkapan dan kalimat.
c.       Pengembangan materi kebahasaan agar mudah difahami
d.      Mensistematiskan  pengetahuan  kebahasaan  murid  agar  mampu menggunakan  bahasa  secara  baik  serta  memungkinkan  murid untuk menganalisis struktur kata dan ungkapan ataupun pernyataan yang dianggap tidak jelas
e.       Membantu murid dalam meningkatkan ketajaman kajian terhadap berbagai pola dan kaidah pembentukan kata serta meningkatkan rasa bahasa
f.       Melatih murid-murid dalam menggunakan kata dan kalimat secara benar
g.      Membiasakan  murid  berbahasa  dengan  benar,  sehingga  mereka tidak terpengaruh dengan bahasa-bahasa pasaran
h.      Membekali siswa tentang struktur kata dan kalimat serta melatih untuk membedakan antara struktur yang salah dan benar
Adapun tujuan khusus dari pembelajaran nahwu seperti yang dikemukakan oleh Abdul Alim Ibrahim, dibagi menjadi tiga tingkatan berbahasa yaitu tingkat  Al-Ibtidaiyah,  tingkat  Al- I’dadiyah, dan  tingkat As-tsanawiyah.[11]
a.       Tingkat Ibtidaiyah
Pada tingkatan ibtidaiyah dikelompokkan menjadi tiga halaqah yaitu: ula, tsaniyah, dan tsalisah. Di dalam halaqah ula meliputi dua kelas, yaitu pertama dan kedua. Pada halaqah ini anak tidak diajarkan secara khusus tentang nahwu, tidak dibutuhkan latihan-latihan tertentu dari susunan kalimat dengan bentuk tertentu, karena anak pada halaqah ini  terbatas  informasinya,  yang  dibutuhkan  anak  adalah  keluasan informasi, berkembang pemerolehan bahasa agar anak dapat mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan tanpa dibatasi. Oleh karena itu peran  guru  pada  halaqah  ini  terfokus  kepada  kemampuan  anak berbicara  dengan  bahasa  yang  ia  kuasai  dan  menjadi  ukuran  pada umumnya  bahwa  benarnya  susunan  bahasa  akan  terjadi  melalui percobaan-percobaan.
Pada halaqah Tsaniyah meliputi dua kelas, yaitu kelas tiga dan kelas empat. Pada halaqah ini anak diberikan latihan dengan dua cara yaitu:
·         Latihan mengucapkan bahasa secara terus menerus sebagai mana mengikuti halaqah dan dilengkapi gambar yang menarik.
·         Latihan satu-persatu kaidah tertentu disesuaikan perkembangan bahasa anak  dan  menghindarkan  kesalahan  bahasa  anak. 
·         Latihan  dalam bentuk tanya jawab dan tentang sebagai kata ganti atau dhamir, dengan contoh  ini  guru  mampu  mendidik  bahasa  anak.
Sedangkan  untuk halaqah  tiga  meliputi  dua  kelas,  yaitu  lima  dan  enam.  Murid  pada halaqah ini  memungkinkan untuk konsentrasi dalam mengembangkan pikirannya,   kemampuan   memahami   qawa’id   sesuai   tujuan  yang ditentukan. Cara yang digunakan berupa contoh-contoh, diskusi, minta pendapat,  dan  penerapannya.  Pada  halaqah  ini  tidak  ada  larangan secara khusus untuk mengajarkan    qawa’id dan penerapan penerapannya  dengan  memberikan  kemudahan  kepada  anak  setelah banyak menguasai qawa’id yang beragam.
b.      Tingkat I’dadiyah
Pada tingkatan I’dadiyah murid memulai pelajaran ilmu nahwu dengan program yang direncanakan berupa gambaran yang lebih luas dan komprehensif. Pada tingkat ini dapat mengulangi sebagian bab-bab yang diajarkan pada tingkat sebelumnya serta materi bersifat lebih detail dan rinci.
c.       Tingkat Tsanawiyah
Metode-metode  pada  tingkat  ini  terfokus  pada  bab-bab  dan masalah-masalah yang muncul dalam pemahaman pada murid tingkat I’dadiyah  dan  mengkhususkan  qawa’id  serta  penerapannya  secara lengkap. Metode yang sesuai adalah metode khusus nahwu. Dari penjelasan tentang model pengajaran qawa’id (nahwu) di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengajarkan nahwu harus memperhatikan tingkat (marhalah) dalam suatu lembaga pendidikan. Jadi  nahwu  belum  tentu  sesuai  diajarkan  di  setiap  tingkat,  hal  ini dikarenakan tingkat berfikir siswa di setiap marhalah tidak sama.
Untuk lebih meningkatkan hasil belajar dalam belajar / mengajarkan nahwu, hendaklah para pengajar nahwu memperhatikan hal-hal berikut :
·         Hendaklah menyiapkan beberapa contoh untuk kaidah yang akan diajarkan.
·         Contoh itu dituliskan di papan tulis dengan tulisan yang terang dan benar.
·         Siswa melihat dan memperhatikan ke papan tulis dan salah seorang di antaranya disuruh membaca misal itu.
·         Para siswa memperhatikan misal itu satu persatu, yaitu dengan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menjadi pokok dan jalan untuk memahami kaidah tersebut.
·         Setelah selesai bertanya jawab dan memperbandingkan misal-misal itu, maka kemudian guru menyuruh menyimpulkan kaidah definisi contoh tersebut.
·         Guru menuliskan definisi yang disimpulkan oleh siswa.
·         Berikanlah kata-kata kunci, supaya siswa menyusun kata-kata itu dalam kalimat yang mengandung arti, sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari.
·         Perlihatkanlah kepada siswa beberapa kalimat dan disuruh mereka mengatakan apa-apa yang berhubungan dengan kaidah tersebut
Sedangkan tujuan mempelajari ilmu shorof adalah untuk memahami berbagai perubahan kata asal (pokok) menjadi beberapa macam kata dan memahami berbagai cara perubahannya menurut pola perubahan pembentukan kata atau waznnya dan untuk menghindari berbagai kesalahan yang berhubungan dengan masalah-masalah sharfiah.[12]
Secara ringkas menurut penulis dapat dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran qowaid adalah mengenalkan dan membiasakan peserta didik menggunakan kaidah-kaidah nahwu dan sharaf secara tepat, sehingga terhindar dari kesalahan lisan, baca, makna, maksud yang ingin disampaikan kepada orang lain dan kesalahan dalam ekspresi tulisan. Selain itu, nahwu juga sangat membantu seeorang untuk memahami teks bahasa Arab. Implikasinya adalah peserta didik mampu secara tepat dan cermat menyusun ungkapan dan kalimat dalam bahasa Arab, untuk kepentingan komunikasi aktif maupun pasif.

3.      Model Pembelajaran Qowaid
Model pembelajaran shorof disamakan dengan model pembelajaran nahwu yang keduanya berada dalam satu rumpun yaitu rumpun qowaid. Ada dua model pembelajaran qowaid, model ini dikenal dengan metode qiyasi (deduktif), dan metode istiqraiy (induktif)[13], namun menurut Hasan Syahatah ada tiga model pembelajaran qowaid, dengan adanya metode al mu’dilah.[14] Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a.       Model qiyasi (deduktif)
yaitu metode yang pembelajarannya dimulai dengan kaidah-kaidah atau ta’rif  kemudian memberi contoh-contoh. Cara mengajar dengan pendekatan ini  diawali oleh guru dengan menyebutkan kaidah nahwu yang ingin mengajarkan dengan memberi contoh-contoh pemberian contoh tersebut disesuaikan dengan topik/muatan materi dan tingkat kemampuan siswa cara seperti ini lebih dianjurkan pada siswa tingkat mutawashith dan mutaqaddim.
Adapun langkah aplikatif bagi seorang guru adalah sebagai berikut:[15]
·         Guru masuk kelas dan memulai pelajaran dengan menyampaikan tema tertentu
·         Guru melanjutkan dengan menjelaskan kaidah-kaidah nahwu
·         Pelajaran dilanjutkan dengan siswa memahami serta menghafal tentang kaidah-kaidah nahwu
·         Guru memberikan contoh atau teks yang berkaitan dengan kaidah
·         Guru memberikan kesimpulan pelajaran
·         Setelah dianggap cukup, siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan
Beberapa kelebihan metode qiyasi adalah sebagai berikut:
·         Tujuannya lebih spesifik
·         Aplikasinya mudah dan cepat
·         Memudahkan siswa  dalam pemahaman dengan cepat
·         Tidak menekankan adanya hafalan
Adapun kekurangannya adalah sebagai berikut:
·         Pemahaman siswa cepat luntur, karena tidak dihafalkan
·         Adanya ketergantungan kepada orang lain
·         Lemahnya dari sisi keaktifan berfikir dan mengemukakan pendapat
·         Kesulitan dalam qowaid yang bersift juz’iyah[16]
b.      Model istiqraiy (induktif)
 yaitu metode yang dimulai dengan contoh-contoh yang baru, kemudian yang diikuti dengan qowaid pada umumnya. Pada pembelajaran bahasa nahwu dengan pendekatan ini guru justru memulai pelajaran dengan menampilkan contoh-contoh pola kalimat terlebih dahulu guru mengiringi penjelasan dengan pengambilan kesimpulan kaidah yang terdapat dalam contoh-contoh tersebut. Cara ini lebih baik untuk diberikan pada siswa tingkat ibtida’iyah.
Adapun langkah- langkahnya sebagai berikut:
·         Guru memulai pelajaran dengan menentukan tema pelajaran
·         Guru memberikan contoh kalimat atau teks yang berhubungan dengan tema.
·         Siswa secara bergantian diminta untuk membaca contoh atau teks yang diberikan oleh guru
·         Setelah dianggap cukup, guru menjelaskan kaidah nahwu yang terdapat dalam contoh atau teks yang berkaitan dengan tema
·         Dari contoh atau teks, guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan atau rangkuman tentang kaidah nahwu
·         Siswa diminta untuk mengerjakan latihan-latihan.[17]
Adapun metode istiqraiy mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah sebagai berikut:
·         Metode ini merupakan metode yang baik untuk menemukan tujuan dari qowaid nahwu
·         Mampu menyimpulkan kaidah yang umum dengan cepat
·         Memberikan makna jelas dan mudah praktiknya
·         Pemberian contoh dengan uslub-uslub yang mudah dipahami
Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut:
·         Lambat dalam memperoleh informasi karakteristik siswa
·         Tidak efisien karena kebanyakan contoh-contoh yang diberikan oleh guru
·         Contoh yang diberikan biasanya parsial, sering terpisah tidak sesuai dengan tingkatan siswa.[18]
c.       Model al-mu’dilah merupakan pengembangan dari dua metode sebelumnya yaitu metode pembelajaran nahwu menggunakan metode yang bersambung tidak terpisah. Yang dimaksud bersambung adalah potongan bacaan dari satu topik teks bacaan yang dibaca siswa, kemudian ditunjukan beberapa hal yang dianggap spesifik kemudian setelah itu mengambil kesimpulan tentang kaidahnya dan ditambah praktik berupa latihan.[19]
Berbagai model pembelajaran qowaid yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan model yang sering digunakan dimadrasah maupun pondok pesantren. Menurut penulis, sebenarnya model tersebut dapat dilakukan dan digunakan bukan sesuai dengan tingkat pendidikannya seperti yang dicantumkan diatas, tetapi model tersebut digunakan sesuai dengan tujuan awal dalam mempelajari bahasa. Jika bahasa digunakan atau dipelajari untuk kepentingan komunikatif atau mahir dalam berbicara dapat digunakan model istiqraiy atau induktif. Jika tujuan mempelajari bahasa Arab dengan tujuan memahami  teks arab dan cenderung menguasai bahasa Arab secara pasif maka model yang digunakan hendaklah model qiyasi atau deduktif.

4.      Problem Pembelajaran Qowaid
Di antara problem-problem yang dihadapi saat berlangsungnya pembelajaran qowaid adalah:[20]
a.       Guru menitikberatkan perhatian pada kaidah qowaid untuk menghafal dan memahami isi bacaan. Pengajaran qowaid membutuhkan waktu yang panjang dan sangat lama dalam proses pembelajarannya, sehingga mengabaikan pembelajaran lain yang tidak kalah pentingnya.
b.      Siswa yang sering dituntut hafalan syair-syair atau matan tentang ilmu nahwu/sharf tetapi mereka tidak paham dari makna dan penjelasan syair yang diihafal tersebut. Oleh karena itu, jika memang diajarkan dalam bentuk lagu dan menghafalkan syair dengan tujuan untuk menarik siswa dan untuk mengingat dengan mudah, maka guru harus menjelaskan secara detail makna dan isi dari syair yang dipelajari, agar siswa paham dan mengerti makna yang terkandung di dalamnya.
c.       Pembelajaran qowaid diajarkan tidak utuh dan parsial, terkesan terpisah-pisah serta mengalami penyempitan dan membatasi diri dalam wilayah garapannya, sebatas menyajikan contoh-contoh tanpa dikaji secara kritis.
d.      Pembelajaran qowaid sering lebih berorientasi untuk menjelaskan keadaan yang tidak memasuki wilayah substantif, menjelaskan keadaan rafa’, nasab, mubtada’, fail, maf’ul bih, naibul fail dengan mengabaikan implikasi makna yang menyertainya. Juga tidak memperhatikan konsekuensi makna yang mengikuti dan ada dalam masing-masing pola.
e.       Pola hubungan guru dan murid dalam pembelajaran tarakib terkadang terlihat kaku, guru hanya menyajikan contoh kemudian peserta didik dituntut dan diberi tugas membuat contoh serupa. Guru jarang mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa adalam pembelajarannya.
f.       Buku ajar qowaid yang di dapat terkadang materinya tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Seperti materi yang terlalu panjang, monoton, dan jauh dari nilai-nilai humanis, sehingga menjadi beban bagi siswa.
g.      Pembelajaran qowaid tidak disandingkan lagi dengan disiplin ilmu lain, seperti ilmu al-Qur’an, atau ilmu bahasa, psikologi, dan humaniora.

5.      Strategi Pembelajaran Qowaid
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.[21] Strategi pembelajaran juga berarti cara-cara yang digunakan oleh pengajar, untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.[22]
Pada dasarnya, kegiatan pengajaran tata bahasa terdiri dari dua bagian yaitu pengenalan kaidah-kaidah bahasa (nahwu dan shorof) dan pemberian latihan atau drill. Kedua kegiatan tersebut dapat dilaksanakan baik dengan cara deduktif maupun induktif dan disesuaikan dengan pandangan dasar dari pendekatan yang digunakan.
a.       Pengenalan Kaidah[23]
Pengenalan kaidah bahasa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
·           Cara deduktif
Dimulai dengan memberikan kaidah-kaidah bahasa yang harus difahami dan dihafalkan, kemudian diberikan contoh-contoh. Setelah itu siswa  diberikan kesempatan untuk melakukan latihan-latihan untuk menerapkan kaidah atau rumus yang telah diberikan tadi
·           Cara induktif
Dilaksanakan dengan cara, guru pertama-tama menyajikan contoh-contoh. Setelah mempelajari contoh yang diberikan, siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan sendiri kaidah-kaidah bahasa berdasarkan contoh- contoh tersebut.
Ada dua hal yang perlu dicatat dalam pengenalan kaidah ini, pertama bahwa siswa tidaklah dituntut harus menghafalkan kaidah diluar kepala, melainkan kemampuan memahami dan memfungsikannya kaidah tersebut kedalam praktik  berbahasa sehari-hari. Kedua, tidak semua topik dalam nahwu harus diajarkan. Topik-topik kaidah bahasa perlu dipilih berdasarkan kebutuhan pemakainya dan disesuaikan dengan tingkat  atau level para pembelajar.
b.      Latihan atau drill[24]
Beberapa pendekatan dan metode menekankan perlunya penyajian gramatika fungsional, baik dari segi pilihan materi maupun cara penyajiannya. Yang ditekankan bukanlah penguasaan kaidah apalagi sekedar menghafalkan definisinya, melainkan kemampuan membuat kalimat-kalimat gramatikal.
Ada tiga jenis atau jenjang latihan yang masing-masing berdiri sendiri atau bisa dilakukan secara berurutan sehingga merupakan satu kesatuan, yakni
·         Latihan Mekanis
Latihan ini bertujuan menanamkan kebiasaan dengan memberikan stimulus untuk mendapatkan respon yang benar. Latihan ini diberikan secara lisan maupun tulisan.
ü  Pengulangan sederhana
فتح المدرس كتابا
فتح المدرس كتابا
ü  Penggantian sederhana
فتح المدرس كتابا
فتح المدرس بابا
ü  Penggantian berganda
فتح المدرس كتابا
فتح الطالب بابا
ü  Transformasi
فتح المدرس كتابا
فتحت المدرسة كتابا
ü  Penggabungan kalimat menggunakan isim maushul
قرأت كتابا – اشتريت كتابا بالأمس
قرأت الكتاب الذي اشتريته بالأمس
·         Latihan Bermakna
Jika latihan mekanis semuanya bersifat manipulatif, karena kaliamt yang diucapkan siswa sama sekali tidak dihubungkan dengan konteks dan situasi, maka latihan bermakna meskipun belum sepenuhnya  bersifat komunikatif, tapi sudah dihubungkan dengan konteks atau situasi sebenarnya. Pemberian konteks, untuk meningkatkan latihan manipulatif ke latihan bermakna dapat menggunakan alat peraga atau media dan mendesain situasi kelas dengan memanfaatkan benda-benda didalamnya.
·         Latihan Komunikatif
Latihan ini menumbuhkan daya kreasi siswa dan merupakan latihan berbahasa yang sebenarnya. Oleh karena itu, latihan ini sebaiknya diberikan apabila guru merasa bahwa siswa telah mendapatkan bahan yang cukup yang sesuai dengan situasi dan konteks yang ditentukan.
Berdasarkan tujuan umum pembelajaran qowaid, penulis dapat merumuskan strategi yang cocok dalam pembelajaran qowaid adalah sebagai berikut:[25]
1.      Tahlil al- Akhta
a.       Tujuan
Ini adalah strategi yang menuntut adanya kecermatan siswa dalam mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan pada tata bahasa arab. Disamping menghadirkan pembenaran atas kesalahan tersebut.
b.      Alat yang digunakan
Papan Tulis, Spidol, Slide Power Point, Kamus Bahasa Arab
c.       Prosedur
ü  Strategi ini digunakan setelah guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis karangan pendek sesuai dengan tema yang diajarkan
ü  Setelah tugas dikoreksi, guru hendaknya mengidentikasi dan mengklasifikasi mana yang merupakan kesalahan umum yang berfrekuensi tinggi. Serta amana yang merupakan kesalahan individual.
ü  Minta siswa secara bersama-sama untuk menganalisa kesalahan tersebut dimulai dari yang berfrekuensi tinggi.
ü  Guru kemudian menjelaskan letak kesalahnnya dan pembetulannya. Jika diperlukan, guru menjelaskan qowaid yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dianalisa.

2.      Belajar Jumlah
a.       Tujuan
Siswa dapat menggunakan struktur kalimat yang terdiri atas jumlah fi’liyah
b.      Alat yang diperlukan
Teks bacaan, kertas, bolpoin
c.       Prosedur
ü  Guru membuat daftar bacaan atau mengambil teks yang ada dibuku bahasa Arab
ü  Guru membagikan bacaan kepada siswa
ü  Siswa secara berkelompok mencari jumlah fi’liyah
ü  Guru dan siswa membahas bersama-sama tema pembelajaran

3.      Kalimat Aktif-Pasif
a.       Tujuan
Melatih siswa belajar kalimat aktif dan pasif
b.      Alat yang diperlukan
Alat tulis, potongan kertas kecil atau kartu berwarna
c.       Prosedur
ü  Bagikan kertas kepada siswa, lalu mintalah mereka membuat kata kerja aktif
ü  Mintalah masing-masing siswa untuk saling menukarnya
ü  Setelah itu, siswa membuat kata pasif dari kartu tersebut dibaliknya dengan kata yang sama

4.      Ikhtiyar al- Jummal
a.       Tujuan
Ini adalah strategi yang membutuhkan kejelian siswa untuk dapat memilah antara kalimat yang salah dan benar. Strategi ini dapat berguna untuk mengunggah sense of language mahasiswa terhadap struktur kalimat bahasa Arab.
b.      Alat yang diperlukan
Papan Tulis, Spidol, Potongan-potongan Kertas, Permen
c.       Prosedur
ü  Untuk tahap persiapan, guru hendaknya membuat sejumlah kalimat dalam potongan-potongan kertas. Kalimat-kalimat tersebut ada yang susunan gramatikanya benar dan ada yang salah. Kemudian kalimat-kalimat tersebut dicampur.
ü  Bagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi sekitar 10-20 kalimat yang salah dan yang benar
ü  Siswa diminta untuk memilah kalimat yang benar dan salah.
ü  Guru memeriksa hasil kerja siswa. Jika ada yang salah letak, maka guru menanyakan alasan mengapa ia meletakan kalimat tersebut pada posisi itu.
ü  Akhiri pembelajaran dengan mendikusikan kalimat-kalimat yang salah dan bagaimana membetulkannya.

5.      Card Sort
a.       Tujuan
Melatih siswa berfikir dan menemukan perbedaan struktur kata, ungkapan, dan kalimat
b.      Alat yang digunakan
Kartu acak, kertas, bolpoin
c.       Prosedur
ü  Siapkan kertas yang telah dituliskan dengan kalimat dengan struktur yang berbeda-beda
ü  Bagikan kartu tersebut kepada para siswa secara acak
ü  Mintalah masing-masing siswa berkelompok sesuai dengan kategori kalimat yang ada dalam kartu masing-masing
ü  Mintalah masing-masing siswa kelompok menuliskan kalimat-kalimat yang serupa tersebut dalam kertas maupun
ü  Mintalah masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya (presentasi) di depan kelas
ü  Berikan kesempatan kelompok lain untuk memberikan komentar atau pertanyaan
ü  Berikan klarifikasi secara menyeluruh dari hasil kerja kelompok tersebut.
6.      Gramatika Cepat
a.       Tujuan
Melatih siswa memproduksi dan mengidentifikasi macam-macam kalimat dengan cepat, logis, dan tepat.
b.      Alat yang digunakan
Telinga (pendengaran), penglihatan-pikiran, dan mulut (pengucapan dan pelafalan)
c.       Prosedur
ü  Siswa diajak bermain dengan menebak kata yang diucapkan teman disampingnya. Kata kunci permainan ini adalah mendengarkan dan menebak susunan kata yang berupa grammar dari teman
ü  Tidak boleh menyebutkan kata yang sama atau sudah diucapkan teman sebelumnya
ü  Kata umpan pertama berasal dari guru
ü  Misalnya guru memulai dengan kata فتح , lalu dijawab dengan “kalimat fi’il, fi’il madhi, mabni fathah, shohih, dst”.

7.      Tahlil An Nash
a.       Tujuan
Strategi ini melatih ketajaman analisis terhadap struktur kata dan ungkapan ataupun pernyataan yang dianggap tidak jelas
b.      Alat yang digunakan
Teks Bacaan, Papan Tulis, Spidol
c.       Prosedur
ü  Bagikan teks/bacaan kepada masing-masing siswa.
ü  Mintalah semua siswa untuk membaca teks tersebut dengan seksama.
ü  Mintalah masing-masing siswa untuk menganalisis struktur kata dan ungkapan ataupun pernyataan yang dianggap tidak jelas
ü  Mintalah siswa untuk berkelompok dan mendiskusikan hasil analisis teks bacaan masing-masing.
ü  Mintalah beberapa siswa untuk menyampaikan hasilnya (presentasi) di depan kelas mewakili kelompoknya.
ü  Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan komentar atau pertanyaan.
ü  Berikan klarifikasi terhadap hasil kerja siswa tersebut agar pemahaman terhadap bacaan semakin baik.

8.      Tusuk Gramatika
a.       Tujuan
Siswa dapat mengelompokan jenis kata dan menambah perbendaharaan kata
b.      Alat yang diperlukan
Lidi dan kertas berbentuk lingkaran kecil bertuliskan kosakata Arab berupa kelompok kata, kalimat, huruf, dll
c.       Prosedur
ü  Guru membuat lingkaran kecil dari kertas manila
ü  Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
ü  Guru memberikan instruksi tentang mekanisme tusuk kata kepada masing-masing kelompok
ü  Masing-masing kelompok mencari dan mengurutkan kelompok yang telah diacak dan menyusunnya dengan menusukkan kata yang sesuai dengan kelompok kata tersebut
ü  Siswa mencari, mendiskusikan, dan mengklasifikasikan kata sesuai dengan bagiannya masing-masing
ü  Setelah game selesai, tiap kelompok maengirim perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusinya
ü  Penilaian bisa dilakukan oleh guru dengan menyebutkan kesalahan atau melihat jumlah kata yang salah tusuk

9.      Istintajiyyah
a.       Tujuan
Pengembangan materi kebahasaan agar mudah difahami
b.      Alat yang diperlukan
Papan Tulis, Spidol, Slide Power Point
c.       Prosedur
ü  Guru memberikan contoh-contoh kalimat pada pola tertentu misalnya: مبتدأ مؤخر
ü  الأشجار فى البستان
ü  أحمد فى الفصل
ü  فى البستان أشجار
ü  فى الفصل أحمد
ü  Guru menjelaskan kalimat no 1 dan 2, mahasiswa diminta untuk memperhatikan isim yang ada diawal kalimat yang bergaris bawah. Isim-isim tersebut mubtada, sedangkan khobarnya adalah kata-kata sesudahnya
ü  Siswa diminta untuk memperhatikan dan membandingkannya dengan contoh no 3 dan 4
ü  Setelah siswa mengidentifiksi perbedaan kedua kelompok contoh tersebut, maka dijelaskan bahwa kata-kata yang terletak dibelakang adalah mubtada muakhar dan yang ada didepan adalah khabar muqaddam.
ü  Dan untuk pemantapan, siswa diberi contoh dengan pola yang sama

10.  Musykil I’rabul Qur’an
a.       Tujuan
Melatih siswa mengembangkan penguasaan stuktur gramatika dan agar terampil menggunakan i’rab terhadap suatu bacaan
b.      Alat yang diperlukan
Teks bacaan atau potongan ayat Alquran dengan panjang yang sama, papan tulis, spidol
c.       Prosedur
ü  Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
ü  Siapkan teks bacaan atau potongan ayat Alquran dan diletakan di kardus kecil atau kotak tertentu
ü  Setiap kelompok diminta mengambil salah satu potongan teks
ü  Setiap kelompok diminta mendiskusikan dan menentukan pola struktur gramatika dengan cara menggunakan ‘irab
ü  Permainan ini dilanjutkan pada evaluasi bersama
ü  Hasil kerjaan siswa ditulis dipapan tulis dan dikoreksi oleh yang lain



11.  Muqaranat al-Nash
a.       Tujuan
Siswa dapat membandingkan dua model tulisan yang berbeda bentuk, namun sama tema bahasan. Kajian ini lebih difokuskan pada unsur gramatika bahasanya.
b.      Alat yang digunakan
Majalah, Surat kabar/ Koran, Papan Tulis, Spidol
c.       Langkah-langkahnya:
ü  Guru menghadirkan dua tulisan yang sama tema tapi berbeda dalam bentuk dari majalah atau surat kabar, dll
ü  Bagi siswa menjadi beberapa kelompok yang saling bekerjasama.
ü  Minta masing-masing kelompok untuk menuliskan perbandingan kedua tulisan yang tersedia, dengan mengidentifikasi unsur gramatikalnya
ü  Bahas hasil perbandingan mahasiswa secara bersama-sama secara runtut dan logis.

12.  Klasifikasi Gramatika
a.       Tujuan
Siswa secara berkelompok agar mampu  mengklasifikasikan struktur gramatika yang sejenis
b.      Alat yang diperlukan
Kartu berwarna atau flash kartu
c.       Prosedur
ü  Bagilah siswa menjadi dua tim dan memberi nama tim tersebut
ü  Berikan setiap tim setumpuk kartu yang berisi kalimat dengan berbagai jenis struktur gramatika
ü  Setiap tim mengklasifikasikan tumpukan kartu sesuai dengan jenis gramatika
ü  Guru memeriksa klasifikasi dua tim.


13.  Tamtsiliyyah
a.       Tujuan
Membiasakan  murid  berbahasa  dengan  benar,  sehingga  mereka tidak terpengaruh dengan bahasa-bahasa pasaran.
b.      Alat yang diperlukan
Teks Bacaan, Permen, Papan Tulis, Spidol
c.       Prosedur
ü  Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota sesuai dengan peran yang ada dalam teks dialog yang akan diajarkan (misalnya, 2 atau 3 orang)
ü  Siswa diberi teks yang berisi dialog dan mereka diminta untuk mempelajarinya dan menanyakan kosakata yang tidak difahami
ü  Siswa diminta untuk memainkan peran yang ada dalam teks tersebut dan mengungkapkan dialog tokoh tersebut melalui bahasa yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab.
ü  Kemudian bertukar peran dengan yang lainnya.

14.  Mafhum An Nash
a.       Tujuan
Menghindari berbagai kesalahan yang berhubungan dengan masalah-masalah sharfiah.
b.      Alat yang diperlukan
Teks Bacaan, Papan Tulis, Spidol
c.       Prosedur
ü  Bagikan teks/bacaan kepada masing-masing siswa.
ü  Guru mengenalkan kata-kata dan istilah baru
ü  Siswa memahami judul/topik isi bacaan
ü  Siswa menjawab pertanyaan bacaan
ü  Siswa menganalisis kalimat yang terdapat dalam bacaan
ü  Siswa menyebutkan kaidah-kaidah sharfiyah yang terdapat dalam bacaan
ü  Siswa mengerjakan tamrinat/ latihan


15.  Permainan Tiga Fi’il
a.       Tujuan
Memperkenalkan siswa tentang kosakata atau kalimat dalam beberapa bentuk, misalnya fi’il dalam tiga bentuk
b.      Alat yang digunakan
Dewan juri, hadiah, dan kartu kata
c.       Prosedur
ü  Bagilah siswa menjadi tiga kelompok
ü  Kel 1 adalah fi’il madhi, kel 2 adalah fi’il mudhori, kel 3 adalah fi’il amar
ü  Guru memotong kerja sesuai selera dan membaginya dalam tiga jenis bentuk
ü  Guru membacakan terjemah satu kata, misal makan, setiap siswa beradu kecepatan mengangkat kartunya yang memiliki arti makan dalam bahasa arab
ü  Kelompok yang tercepat dalam mengangkat dan membacanya dalam bahasa arab adalah pemenangnya.

16.  Gramatika Kolom Shorof
a.       Tujuan
Memudahkan ingatan siswa dalam menghafal perubahan kata
b.      Alat yang digunakan
Pendengaran, pengucapan, spidol, kolom, dan papan tulis.
c.       Prosedur
ü  Siswa melantunkan tashrif
ü  Diusahakan sebaiknya kalimat yang hendak ditashrif dalam permainan ini dibuat berkaitan dengan materi bacaan yang sedang dibahas.






C.    Penutup
1.      Kesimpulan
Berdasarkan beberapa paparan singkat terkait qowaid dan strategi pembelajarannya, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
-          Qowaid atau tata bahasa adalah sarana untuk dapat menggunakan bahasa dengan benar dalam berkomunikasi. Sedangkan definisi qowaid adalah aturan-aturan yang mengatur penggunaan bahasa Arab yang digunakan sebagai media dalam memahami kalimat.
-          Dalam pembelajaran qowaid, guru sering menitikberatkan perhatian pada kaidah-kaidah nahwu shorof untuk dihafalkan, dan cenderung kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan-latihan yang dapat memahami isi kaidah tersebut dengan baik.
-          Tujuan khusus pembelajaran qowaid terkesan masih ada yang sama untuk satu tingkat dengan tingkat lain. Namun karena pemilihan strategi dan materi yang berbeda, tentu pencapaian kompetensi dan tingkat kemahirannya juga akan sangat berbeda
-          Ada dua model pembelajaran qowaid yaitu model qiyasi (deduktif) dan model istiqraiy (induktif), hasan syahatah menambahkan satu lagi metode yaitu model al Mu’dilah dalam pembelajaran qowaid.
-          Dalam penggunaan strategi pembelajaran qowaid seorang guru harus mmperhatikan beberapa hal yang menjadi pertimbangan, diantaranya adalah jenis materi yang akan disampaikan termasuk mempersiapkan latihannya, karakteristik siswa, waktu yang disediakan,dll



[1] Rodliyah Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), hlm. 51
[2] Syaiful Musthofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm. 91
[3] Wina Sanjaya,  Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Cet. Kedua. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 78
[4] Usman,  Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press. Depag RI, 2002), hlm. 4
[5] Ahmad Warson Munawwir,. 2002. Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif, 2002). hlm. 1138
[6] Syaikh Musthofa Al-ghuyalaini, Tarjamah Jami’ud Durusil Arabiyah, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1991), hlm.15
[7] Syaiful Musthofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif...,hlm. 92
[8] Maksudin, Strategi Pembelajaran Shorof, Alarabiyah Jurnal, hlm.28
[9] M. Abdul Hamid, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Malang Press, 2010), hlm. 64
[10] Hasan Syahatah, Ta’limul Lughoh Al Arabiyah baina Nadzariyat wa Tathbiq, (Mesir: Darul Misriyah Lubnaniyah, 1993), hlm. 201
[11]Abdul Alim Ibrahim.  Al Muwajjih Al Fanni. (Kairo: Dar al Ma’arif, 1987), hlm. 208
[12] Maksudin, Strategi Pembelajaran Shorof, Alarabiyah Jurnal, hlm.27
[13] Rusydi Ahmad, Ta’limul Arabiyah lighairi Nathiqin biha wa Manahijihi wa Asalibihi, (Ribat: Mamlakah Arabiyah Assu’udiyah, 1989), hlm. 200
[14] Hasan Syahatah, Ta’limul Lughoh Al Arabiyah baina Nadzariyat wa Tathbiq..., hlm. 212
[15] M. Abdul Hamid, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab..., hlm. 67
[16] Syaiful Musthofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif...,hlm. 100
[17] M. Abdul Hamid, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab..., hlm. 68
[18] Syaiful Musthofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif...,hlm. 102
[19] Hasan Syahatah, Ta’limul Lughoh Al Arabiyah baina Nadzariyat wa Tathbiq..., hlm. 212
[20] Fathul Mujib, Rekonstruksi Pendidikan Bahasa Arab dari Pendekatan Konvensional ke Integratif Humanis, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), hlm. 177
[21] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 5.
[22] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.3
[23] Ahmad Fuad effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang : Misykat, 2012), hlm. 113
[24]Ibid, hlm. 115
[25] Radliyah Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab..., hlm 97


Matriks Strategi Pembelajaran Qowaid (Tata Bahasa)
No
Tujuan
Strategi
Media
Evaluasi

1.       
Melatih murid-murid dalam menggunakan kata dan kalimat secara benar.


Tahlil al- Akhta


Belajar Jumlah



Kalimat Aktif-Pasif


Papan Tulis
Spidol
Slide Power Point
Kamus Bahasa Arab

Teks bacaan
Kertas
Bolpoin

Alat tulis
Potongan kertas kecil atau kartu berwarna



Siswa menganalisa teks dari kesalahan  tata bahasa yang berfrekuensi tinggi



Masing-masing siswa membuat jumlah fi’liyah


Masing-masing siswa membuat kalimat aktif-pasif dalam bahasa Arab


2.       
Untuk memperbaiki uslub-uslub dari kesalahan-kesalahan secara nahwiyah
3.       
Melatih murid berfikir dan menemukan perbedaan struktur kata, ungkapan dan kalimat.

Ikhtiyar al- Jummal



Card Sort

Papan Tulis
Spidol
Potongan-potongan Kertas
Permen

Kartu acak
Kertas
Bolpoin



Siswa memilih kalimat yang salah dan benar sesuai tata bahasa/ kaidah bahasa Arab
4.       
Membekali siswa tentang struktur kata dan kalimat serta melatih untuk membedakan antara struktur yang salah dan benar

Gramatika Cepat

Telinga (pendengaran)
Penglihatan-pikiran
Mulut (pengucapan dan pelafalan)

Masing-masing siswa membuat kalimat bahasa Arab secara tepat dan benar
5.       
Mensistematiskan pengetahuan  kebahasaan  murid  agar  mampu menggunakan  bahasa  secara  baik  serta  memungkinkan  murid untuk menganalisis struktur kata dan ungkapan ataupun pernyataan yang dianggap tidak jelas

Tahlil An Nash



Tusuk Gramatika


Teks Bacaan
Papan Tulis
Spidol


Lidi
Kertas berbentuk lingkaran

Siswa menganalisis teks sesuai tata kaidah bahasa Arab secara kelompok kemudian mempresentasikannya didepan kelas


Masing-masing siswa membuat kalimat bahasa Arab secara sempurna sesuai kaidah gramatika
6.       
Pengembangan materi kebahasaan agar mudah difahami

Istintajiyyah


Musykil I’rabul Qur’an



Papan Tulis
Spidol
Slide Power Point

Teks bacaan atau potongan ayat Alquran Papan tulis
Spidol



Siswa mengerjakan tugas dengan contoh lain tapi dengan pola yang sama


Siswa meng’irab teks yang diberikan guru secara individual
7.       
Membantu murid dalam meningkatkan ketajaman kajian terhadap berbagai pola dan kaidah pembentukan kata serta meningkatkan rasa bahasa

Muqaranat al-Nash



Klasifikasi Gramatika
Majalah
Surat kabar/ Koran
Papan Tulis
Spidol


Kartu berwarna
Siswa secara berkelompok menuliskan perbandingan dari dua teks yang berbeda


Masing-masing siswa membuat kalimat bahasa Arab secara sempurna sesuai kaidah gramatika
8.       
Membiasakan  murid  berbahasa  dengan  benar,  sehingga  mereka tidak terpengaruh dengan bahasa-bahasa pasaran


Tamtsiliyyah


Teks Bacaan
Permen
Papan Tulis
Spidol

Siswa memerankan tokoh sesuai dengan peran dengan menggunakan bahasa Arab Fusha sesuai kaidah tata bahasa
9
9.        
Memahami berbagai perubahan kata asal (pokok) menjadi beberapa macam kata



Permainan Tiga Fi’il

Dewan juri
Hadiah
Kartu kata




Siswa membuat tiga fi’il, masing-masing 5 fi’il




10.   
Memahami berbagai cara perubahannya menurut pola wazn ny
Gramatika Kolom Shorof
Pendengaran
Pengucapan
Spidol
Kolom
Papan tulis.
Siswa menghafal bebrapa kata dan tashrifannya
11.   
Menghindari berbagai kesalahan yang berhubungan dengan masalah-masalah sharfiah.
Mafhum An Nash

Teks Bacaan
Papan Tulis
Spidol

Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru terkait dengan kaidah sharaf



Tidak ada komentar:

Posting Komentar