Jumat, 07 November 2014

Makiyyah dan Madaniyyah



A.    Latar Belakang
Telah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah SAW  menghabiskan sebagian hidup beliau di Mekkah. Baik sebelum diutus menjadi Rasul maupun sesudahnya. Kemudian beliau hijrah ke Madinah hingga wafat. Alquran diturunkan saat Rasulullah berada dikota-kota, pedesaan, gunung-gunung, lembah-lembah, lereng-lereng, serta pada waktu yang berbeda. Seperti, malam, siang, dalam perjalanan, pada musim panas, dingin, dalam keadaan damai, maupun perang. [1]
Para Ulama secara begitu tertarik untuk menyelidiki  Makiyyah dan Madaniyyah. Mereka meneliti Alquran ayat demi ayat dan surat demi surat untuk ditertibkan sesuai dengan nuzulnya dengan memperhatikan waktu, tempat, dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka mengumpulkan antara waktu, tempat, dan pola kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan kepada peneliti objektif gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makky dan Madani.
Memang suatu usaha besar bagi seorang peneliti yang sedang menyelidiki turunnya wahyu dalam segala tahapannya. Mempelajari ayat-ayat Alquran sehingga dapat menentukan wahyu serta tempat turunnya dengan bantuan tema, surat, atau ayat, meluruskan kaidah-kaidah analogis untuk menentukan sebuah seruan itu termasuk Makky atau Madany atau merupakan tema-tema titik tolak dakwah di Mekkah atau di Madinah.
Turunnya ayat-ayat Alquran itu juga menginformasikan situasi dan kondisi apa yang sebenarnya terjadi ditanah arab khususnya Mekkah dan Madinah. Makalah ini akan menguraikan tentang apa sebenarnya Makiyyah dan Madaniyyah, ciri-ciri maupun manfaat dan beberapa hal seputar Makiyyah dan Madaniyyah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses penamaan Makiyyah dan Madaniyyah?
2.      Apakah metode yang digunakan dalam mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah?
3.      Apa saja kriteria Makiyyah dan Madaniyyah?
4.      Apa keistimewaan Makiyyah dan Madaniyyah?
5.      Bagaimana penggolongan Makiyyah dan Madaniyyah?
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui proses penamaan Makiyyah dan Madaniyyah
2.      Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah
3.      Untuk mengetahui kriteria Makiyyah dan Madaniyyah
4.      Untuk mengetahui keistimewaan Makiyyah dan Madaniyyah
5.      Untuk mengetahui penggolongan Makiyyah dan Madaniyyah



























PEMBAHASAN

A.    Proses Penamaan Makiyyah dan Madaniyyah
Alquran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Diturunkan secara terpisah-pisah dalam kurun waktu 23 tahun. Ulama membagi ayat-ayat Alquran menjadi dua yaitu Makiyyah dan Madaniyyah. Para Ulama berbeda pendapat mengenai penamaan Makiyyah dan Madaniyyah. Ada dua pendapat tentang hal ini. Perbedaan pendapat mereka mengacu pada pengi’tibaran turunnya ayat yang ditinjau dari segi tempat penurunan ayat, waktu, serta objek dialog dari ayat atau surat tersebut.
Pendapat pertama, bagi kelompok yang memandang dari segi tempat turunnya menyatakan bahwa apapun yang turun di Mekkah dan sekitarnya meskipun setelah nabi hijrah adalah Makiyyah. Sedangkan yang turun di Madinah dan sekitarnya adalah Madaniyyah. Pendapat tersebut dianggap tidak valid dan tidak akomodatif, mengingat bahwa hal tersebut mencakup ayat-ayat yang turun ditempat selain Mekkah dan Madinah. Karena ayat Alquran juga diturukan di Tabuk, Baitul Muqoddas, dan Thoif.
Pendapat kedua, memandang  dari segi objek dialog ayat atau surat memandang kepada penduduk Mekkah seturunnya wahyu. Yang mana pada umumnya penduduk Mekkah adalah kafir. Untuk itu, dalam berdialog menggunakan seruan يآيها الناس atau  يا بنى آدم. Sedangkan di Madinah, para penduduknya banyak yang sudah beriman. Sehingga dalam berdialog menggunakan kata يآيها الذين امنوا .[2]
Imam Az Zarkasyi dalam bukunya Al Burhan fi Ulum Al Qur'an telah menyebutkan tiga variabel definisi mengenai makiyyah dan Madaniyyah.
Pertama, definisi berkonotasi tempat, bahwa makiyyah adalah unit wahyu yang diturunkan di Mekah, dan Madaniyyah adalaha unit wahyu yang diturunkan di Madinah.
Kedua, definisi berkonotasi periode waktu,
المكي ما نزل قبل الهجرة الرسول ص.م, وان كان نزوله بغير مكة, والمدني ما نزل بعد هذه الهجرة, وان كان نزوله بمكة bahwa makiyyah adalah unit wahyu yang diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Dan Madaniyyah adalah unit wahyu yang diturunkan setelah hijrah. Ketiga, definisi berkonotasi objek wahyu, atau kepada siapa khitabnya ditujukan.  المكي ما وقع خطابا لأهل مكة والمدنى ما وقع خطابا لأهل المدينة Maka makiyyah adalah unit wahyu yang dikhitabkan kepada penduduk Mekah, sedangkan Madaniyyah adalah unit wahyu yang dikhitabkan kepada penduduk Madinah.  Dan menurut beliau definisi yang kedua adalah yang sangat popular dikalangan para ulama.[3] Begitu pula dengan Imam As Suyuthi dalam bukunya Al Itqan fi Ulum Al Qur'an.
Syuyuti mengutip dari ‘Ubaid dalam kitab Fahail dari Maimun dan Mahran.
Apa yang ada dalam Alquran berupa يآيها الناس  atau  يا بنى آدمadalah Makiyyah, sedang apa
 yang ada didalam Alquran berupa يآيها الذين امنوا adalah Madaniyyah.[4]

Agar tidak terjadi kebingungan dalam memaknai makiyyah dan Madaniyyah, ada baiknya kita lihat potongan ayat QS Alhujurat: 13, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dalam buku Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dijelaskan bahwa jika ditunjau dari segi tempat turunnya, ayat ini turun di Madinah. Jika ditinjau dari segi masanya, ayat ini turun pada tahun pengalahan Makkah sesudah hijrah. Dan jika ditinjau dari orangnya, maka ayat ini ditujukan kepada penduduk Makkah. Sedangkan jika kita memperhatikan maudlu’nya maka tujuan ayat ini adalah mengajak mausia berkenalan dan mengingatkan manusia bahwa asal usul mereka adalah satu.[5] Oleh karenanya ayat ini tidak dikatakan ayat Makiyyah dan Madaniyyah secara mutlak. Ayat ini dimasukan kedalam ayat yang turun di Madinah sedang hukumnya digolongkan kedalam ayat-ayat yang turun di Makkah. Disini kita lebih mengutamakan pembagian secara masa (tartib zamany), karena inilah yang tidak dapat diragukan.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa memang sulit untuk memaknai Makiyyah dan Madaniyyah secara khusus, karena masih terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama. Akan tetapi menurut ulama (qaul rajih) yang biasa dan umum digunakan dalam memaknai Makiyyah dan Madaniyyah dari segi masa turunnya.

B.     Metode Mengetahui  Makiyyah dan Madaniyyah
Untuk mengetahui dan menentukan ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah para ulama bersandar pada dua cara utama yaitu: Manhaj Sima’i Naqli (metode pendengaran seperti apa adanya) dan Manhaj Qiyas Ijtihadi (menganalogikan dan ijtihad).[6]
1.       Sima’i Naqli
Yang dimaksud dengan metode Naqlis Sima’i adalah ayat-ayat dan surat-surat yang didasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari salah satu tabi’in yang telah mendengar dari sahabat bagaimana, dimana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu.
Diantara contoh ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah yang diketahui lewat para sahabat adalah firman Allah SWT (Q.S. Al Anfal:64). Al Bazzar telah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abas ra bahwa ayat tersebut diturunkan pada saat Umar bin Khatab masuk islam. Sudah diketahui bahwa Umar masuk islam di Mekkah, maka ayat tersebut adalah ayat-ayat Makiyyah.
2.      Qiyas Ijtihadi
Didasarkan pada ciri-ciri Makki dan Madani. Apabila dalam surat Makki terdapat suatu ayat yang mengandung ayat madani atau mengandung peristiwa madani, maka dikatakan bahwa ayat itu madani dan begitu juga sebaliknya.  Metode ini disebut Qiyas Ijtihadi.
Zarkasyi mengutip pernyataan al-ja’bari:
Ada dua cara untuk mengetahui ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah, yakni sima’i dan qiyasi, metode sima’i adalah apa yang sampai kepada kita yang turunnya dengan Makiyyah dan Madaniyyah, sedangkan metode qiyasi dalam ayat Makiyyah adalah:
-          Setiap yang didalamnya terdapat kalimat “Ya ayyuhannas
-          Setiap yang didalamnya terdapat ” kalla
-          Diawali huruf Hijaiyah, kecuali surat Al baqarah, surat Ali Imran, dan surat Ar- Ra’du
-          Didalamnya ada kisah Adam dan Iblis
-          Didalamnya terdapat kisah nabi-nabi dan umat zaman dahulu. Semua kategori yang meliputi ciri-ciri diatas adalah surat Makiyyah, sedangkan setiap surat yang memuat kewajiban-kewajiban dan hukuman adalah Madaniyyah.[7]

C.    Kriteria Makiyyah dan Madaniyyah
Para ulama meneliti surat-surat Makky dan Madani dan menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya, yang menerangkan ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Dari situ mereka dapat menghasilkan kaidah-kaidah dengan ciri-ciri tersebut.
Berdasarkan ciri ketentuannya Makky dan Madani adalah sebagai berikut:[8]

Makiyyah
Madaniyyah
1.      Setiap surat yang didalamnya mengandung “sajdah”.
2.      Setiap surat yang mengandung lafadz “kalla”. Lafadz ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Alquran dan disebutkan sebanyak 33 kali dalam 15 surat.
3.      Setiap surat yang mengandung Ya ayyuhannnas, kecuali pada surat Al hajj.
4.      Setiap surat yang mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu, kecuali surat Al Baqarah
5.      Setiap surat yang mengandung kisah adam dan iblis, kecuali surat Al Baqarah
6.      Setiap surat yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan, kecuali surat Al Baqarah, Ali Imran. Sedangkan surat Ar-ra’du masih diperselisihkan.
1.      Setiap surat yang berisi kewajiban atau had (sanksi)
2.      Setiap surat yang didalamya disebutkan orang-orang munafik, kecuali surat Al Ankabut.
3.      Setiap surat yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab

Dari segi tema dan gaya bahasa, ayat Makky dan Madani adalah sebagai berikut:

Makiyyah
Madaniyyah
1.      Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat, dan kengeriannya, neraka dan siksanya, surga dan nimatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniyah.
2.      Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah dan memakan harta anak yatim secara dholim, penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
3.      Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka dan sebagai hiburan untuk Rasulullah SAW, sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang
4.      Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataa singkat, diteliga terasa menembus dan terdengar sangat keras menggetarkan hati dan maknanya pun meyakikan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah seperti surat-surat pendek
1.      Menjelaskan ibadah, mauamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad,  hubungan sosial, hubungan internasional baik saat damai maupun perang, kaidah hukum dan masalah perundang-undangan
2.      Seruan terhadap ahli kitab dari kalangan yahudi dan nasrani dan ajakan kepada mereka untuk masuk islam, penjelasan mengenai penyimpangan-penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki diantara sesama.
3.      Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisis kejiwaannya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama
4.      Suku kata dan ayat-ayatnya panjang dengan gaya bahasa yang memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.

D.    Keistimewaan Makiyyah dan Madaniyyah
Telah diketahui, bahwa Alquran turun di Mekkah, dalam keadaan berdialog dengan masyarakat penyembah berhala yang disana tersebar kesyirikan dan bertebaran patung-patung. Di Madinah secara umum Alquran berbicara dengan pengikut-pengikutnya yang beriman. Alquran memerintahkan untuk selalu mematuhinya dan menuntut agar meninggalkan apa yang dilarang. Jika memang terjadi demikian, maka tidak diragukan lagi bahwa balaghah menuntut perbedaan dalam gaya bahasa, makna-makna, serta tema-tema yang turun di Mekkah dan Madinah.
Diantara keistimewaan surat-surat Makiyyah adalah[9]
-          Pembekalan aqidah islam dalam jiwa melalui ajakan beribadah kepada Allah SWT, beriman kepada Rasulullah, maupun hari akhir.
-          Penetapan dasar-dasar ibadah, muamalah, etika, dan keutamaan-ketamaan umum. Seperti diwajibkannya shalat lima waktu, diharamkan memakan harta anak yatim, dll.
-          Perhatian terhadap rincian kisah para nabi dan umat-umat terdahulu yang berupa ajakan tentang aqidah, dan tentang azab-azab didunia terhadap para pendusta.
-          Pendeknya surat dan ayat Makiyyah dibarengi dengan kuatnya pemilihan diksi dan peristiwa serta ringkasan ungkapan disertai dengan sempurnanya makna dan keindahannya. Hal ini dikarenakan bahwa masyarakat di Mekkah adalah orang-orang yang keras kepala dan sombong, tidak mau mendengarkan Alquran, bahkan apabila Rasul mulai membaca Alquran, mereka berteriak, sebagaimana dikisahkan Allah dalam QS. Fushilat : 26
Adapun keistimewaan yang terdapat pada surat Madaniyyah antara lain sebagai berikut:
-          Alquran berbicara kepada masyarakat islam madinah pada umumnya berisi tentang penetapan hukum-hukum syariah , ibadah, dan muamalah.
-          Didalam masyarakat madinah muncul sekelompok orang munafiq, kemudian Alquran membicarakan sifat-sifat mereka dan menguak rahasia mereka.
-          Diantara orang islam di Madinah, terdapat sekelompok Ahli Kitab bangsa Yahudi yang selalu melakukan perbuatan licik dan memperdaya islam. Maka Alquran di Madinah membeberkan rahasia-rahasia mereka dan membatalkan keyakinan-keyakinan mereka.
-          Pada umumnya, ayat-ayat dan surat-suratnya panjang dan untuk menggambarkan luasnya aqidah dan hukum-hukum islam.

E.     Manfaat Mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah
Beberapa manfaat yang akan dimiliki seseorang dalam mengetahui perbedaan surat Makiyyah dan Madaniyyah antara lain:[10]
-          Mengetahui bahwa sastra Alquran berada pada punya keindahan sastra, yaitu ketika setiap kaum diajak berdialog yang sesuai dengan keadaan obyek yang didakwahi, dari ketegasan, kelugasan, kelunakan, dan kemudahan.
-          Mengetahui hikmah diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur, yaitu prioritas kondisi obyek yang didakwahi serta kesiapan mereka dalam menerima dan mentaatinya.
-          Dua jenis ayat dan atau surat Maki dan Madani ini memiliki karakter penyampaian yang berbeda sesuai dengan kondisi dan tempat turunnya. Kita dapat meresapi gaya bahasa Qur’an tersebut dan memanfaatkannya di medan dakwah, ini merupakan manfaat yang khusus dalam ilmu retorika.
-          Sebagai pendidikan dan pengajaran bagi para mubaligh serta pengarahan mereka untuk mengetahui kandungan dan konteks Alquran dalam berdakwah, yaitu dengan medahulukan yang terpenting diantara yang penting serta menggunakan ketegasan dan kelunakan pada tempatnya masing-masing.
-          Membedakan antara nasikh dan mansukh ketika terdapat dua buah ayat Makiyyah dan Madaniyyah, maka lengkaplah syarat-syarat nasakh karena ayat Madaniyyah adalah sebagai nasikh(penghapus) ayat Makiyyah disebabkan ayat Madaniyyah turun setelah ayat Makiyyah.
-          Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Alquran.
-          Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Alquran

F.                 Penggolongan Makky dan Madani Surat-Surat dalam Alquran
Para ulama sangat memperhatikan Alquran dengan cermat. Mereka menertibkan surat-surat sesuai dengan tempat turunnya. Sehingga mereka membedakan diturunkannya ayat tersebut dimalam hari dan disiang hari, dimusim dingin ataupun musim panas, sewaktu dirumah ataupun saat berpergian. Berikut ini, penggolongan surat Makiyyah dan Madaniyyah.
1.      Surat-surat Madaniyyah ada 20 surat
Albaqarah, Ali Imron, Annisa, Almaidah, Al anfal, Attaubah, Annur, Al Ahzab, Muhammad, Al Fath, Al hujurat, Al Hadid, Al Mujadalah, Alhasyr, Al Mumtahanah, Al Jumuah, Al Munafiquun, Attholaq, Attahrim, Annashr
2.      Yang diperselisihkan ada 12 surat
Alfatihah, Arra’d, Arrahma, Asshof, Attaghabun, Atthofif, Alqodr, Al Bayyinah, Al Zalzalah, Al Ikhlas, Al Falaq, Annas
3.      Selain disebutkan diatas adalah Makky, yang terdiri dari 82 surat, maka keseluruhan surat dalam Alquran adalah 114 surat.[11]




















PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Alquran menginformasikan situasi dan kondisi apa yang sebenarnya terjadi ditanah arab khususnya Mekkah dan Madinah. Adapun untuk memaknai Makiyyah dan Madaniyyah secara khusus tergolong rumit, karena masih terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama. Akan tetapi yang biasa dan umum digunakan dalam memaknai Makiyyah dan Madaniyyah dari segi masa turunnya. Akan tetapi, dengan mengetahui proses penamaan, metode penggolongan Makiyyah dan Madaniyyah, kriteria Makiyyah dan Madaniyyah, diharapkan dapat mempermudah mengidentifikasi Makiyyah dan Madaniyyah secara khusus.


























[1] Fahd Bin Abdurrahman A rumi, Ulumul Quran (Studi Kompleksitas Alquran), (Yogyakarta: Titian Illahi Press, 1997) hlm. 163
[2] Nasr Hamid Abu Zaid, Mafhum an Nas, (Mesir: al Haiat al Ammah li al Kitab, 1990), hlm.86-89
[3] Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Quran, (Surabaya: Bina Ilmu, 1993) hlm. 68-69
[4] Fahd Bin Abdurrahman A rumi, Ulumul Quran...,. hlm. 170
[5] Teuku Muhammad Hasbi Ash shidiqy, Ilmu-Ilmu Alquran (Ilmu-Ilmu Pokok dalam Menafsirkan Quran), (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 64
[6] Manna’ Al Qathan, Mabahits fi Ulum Al Quran, terj.Mudzakir, cet 15 (Bogor: Pusataka Litera Antar Nusa: 2012), hal 82
[7] Fahd Bin Abdurrahman A rumi, Ulumul Quran..., hlm. 169
[8] Manna’ Al Qathan, Mabahits fi Ulum Al Quran..., hal 86               
[9] Fahd Bin Abdurrahman A rumi, Ulumul Quran..., hlm. 173
[10] Manna’ Al Qathan, Mabahits fi Ulum Al Quran...., hal 81
[11] Khamdan, dkk, Studi Alquran Teori dan Metodologi, (Yogyakarta:Idea Press Yogyakarta, 2011), hlm. 136

1 komentar:

  1. Slots Casino Review - 100% Welcome Bonus up to
    You can also play at Slots online, like Slots Casino and Mega Jackpot Games. mgm 바카라 For starters, Slots 배당 토토 Casino is only 벳 플릭스 available 스포츠 사이트 in USA-based countries 도박 사이트 where the

    BalasHapus